Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan usaha yang sistematis dan teroganisasi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang merupakan jawaban.
B. Langkah-Langkah Metodologi Penelitian
1.
Identifikasi
Masalah
Identifikasi masalah adalah suatu
tahap permulaan dari penguasaan masalah di mana suatu objek tertentu dalam
situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah. Identifikasi masalah
bertujuan agar kita maupun pembaca mendapatkan sejumlah masalah yang
berhubungan dengan judul penelitian.
Dalam prakteknya, kita sering
menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi masalah. Hal ini disebabkan karena
kemiskinan material yang menyangkut apa yang akan menjadi masalah dan
kemiskinan metodologis menyangkut bagaimana memecahkan masalah. Untuk mengatasi
dua hal tersebut maka:
1. Jadilah
spesialis
Sebagai spesialis di bidang tertentu membuat
seseorang berkesempatan untuk meneliti secara rinci masalah-masalah yang belum
terpecahkan.
2. Bersikap
kritis dalam membaca, mendengar dan berpikir.
Seorang yang bersikap kritis dalam membaca,
mendengar dan berpikir menjadikan dirinya kaya dengan masalah-masalah yang
belum terpecahkan.
3. Ungkapkan
kembali gagasan-gagasan dari penelitian-penelitian mutakhir.
Seseorang yang senang mengungkapkan gagasan-gagasan
hasil penelitian mutakhir melalui observasi kancah, diskusi-diskusi dan
tulisan-tulisan membuat dirinya mendapatkan berbagai masalah yang belum
terpecahkan (Suwirman, 2004:27).
Identifikasi
masalah diperlukan agar peneliti benar-benar menemukan masalah ilmiah, bukan
akibat dari permasalahan lain. Masalah penelitian itu bersifat tidak terbatas.
Meskipun demikian, tidak semua masalah yang ada di masyarakat bisa diangkat
sebagai masalah penelitian.
Hal-hal
yang dapat menjadi sumber masalah, terutama adalah:
1. Bacaan, terutama bacaan yang
melaporkan hasil penelitian. Karena laporan yang baik akan mencantumkan
rekomendasi untuk penelitian lebih lanjutdengan arah tertentu.
2. Diskusi, seminar, dan pertemuan
ilmiah lainnya
Pada
umumnya dalam pertemuan ilmiah itu para peserta melihat hal-hal yang
dipersoalkannya secara profesional. Dengan kemampuan profesional para ilmuwan
peserta pertemuan ilmiah meihat, menganalisis, menyimpulkan, dan mempersoalkan
hal-hal yang dijadikan pokok pembicaraan.
3. Pernyatan pemegang otoritas
Pernyataan
pemegang otoritas, baik pemegang otoritas dlam pemerintahan maupun pemegang
otoritas dalam bidang ilmu tertentu dapat menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya,
pernyataan Menteri Pendidikan Nasional mengenai rendahnya daya serap
murid-murid SMA, atau pernyataan seorang Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
tentang kecilnya daya tampung perguruan tinggi, dapat secara langsung
mengundang berbagai penelitian.
4. Pengamatan sepintas
Seringkali
terjadi seseorang menemukan masalah penelitiannya dalam suatu perjalanan atau
peninjauan. Ketika berangkat dari rumah sama sekali tidak ada rencana untuk
mencari masalah penelitian, tetapi ketika menyaksikan hal-hal tertentu di
lapangan, timbullah pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya yang terkristalisasikan
dalam masalah penelitian.
5. Pengalaman pribadi
Mungkin
pengalaman pribadi itu berkaitan dengan sejarah perkembangan dan kehidupan
pribadi, mungkin pula berkaitan dengan kehidupan profesional.
6. Perasaaan intuitif
Tidak
jarang terjadi, masalah penelitian itu muncul dalam pikiran ilmuwan pada pagi
hari setelah bangun tidur atau pada saat-saat habis istirahat.
Permasalahan yang akan diteliti
(Kerlinger, 1986) hendaknya dapat memenuhi kriteria penting yaitu:
a. Permasalahan
sebaiknya merefleksikan dua variabel atau lebih
Masalah sebaiknya mencerminkan hubungan dua variable
atau lebih, karena pada praktiknya peneliti akan mengkaji pengaruh satu
variable tertentu terhadap variable lainnya. Misalnya, seorang peneliti ingin
mengetahui ada dan tidaknya pengaruh “strategi mengajar guru” (variable satu)
terhadap “pemahaman siswa” (variable dua). Jika seorang peneliti hanya
menggunakan satu variable dalam merumuskan masalahnya, maka yang bersangkutan
hanya melakukan studi deskriptif, misalnya “Strategi mengajar guru Y di sekolah
X”. Peneliti dalam hal ini hanya akan melakukan studi terhadap strategi mengaja
guru yang ada tanpa mempertimbangkan factor-faktor lain baik yang mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan tersebut.
b. Sebaiknya
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan
c. Sebaiknya
dapat diuji secara empiris
Masalah harus dapat diuji secara empiris, maksudnya
perumusan masalah yang dibuat memungkinkan peneliti mencari data di lapangan
sebagai sarana pembuktiannya. Tujuan utama pengumpulan data ialah untuk
membuktikan bahwa masalah yang sedang dikaji dapat dijawab jika peneliti
melakukan pencarian dan pengumpulan data. Dengan kata lain masalah memerlukan
jawaban, jawaban didapatkan setelah peneliti mengumpulkan data di lapangan dan
jawaban masalah merupakan hasil penelitian.
Tiga kriteria ini penting sebagai
pertimbangan peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan yang ditemui, baik
dalam teori maupun di lapangan.
Untuk mengidentifikasi masalah
penelitian, perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Masalahnya
apa (Substansinya)?
b. Bermasalah
menurut siapa?
c. Dianggap
masalah dalam konteks apa?
d. Dalam
perspektif apa?
Kalau
keempat pertanyaan di atas di cross-check-kan
dengan kerangka analisis permasalahan di atas, dapat dipastikan sebagai masalah
penelitian yang baik. Tetapi, kalau ternyata tidak, belum tentu dapat dianggap
sebagai masalah penelitian.
2.
Pemilihan
Masalah
Setelah masalah diidentifikasi, belum
merupakan jaminan bahwa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti.
Biasanya, dalam usaha mengidentifikasi atau menemukan masalah penelitian
diketemukan lebih dari satu masalah. Dari masalah-masalah tersebut perlu
dipilih salah satu yaitu mana yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika
yang diketemukan sekiranya hanya satu masalah, masalah tersebut juga harus
dipertimbangkan layak atau tidaknya serta sesuai atau tidaknya untuk diteliti.
Pertimbangan untuk memilih atau menentukan suatu permasalahan layak dan sesuai
untuk diteliti pada dasarnya dilakukan dari dua arah yaitu:
1. Pertimbangan
dari arah masalahnya (dari segi objektif)
Dari segi objektif ini, pertimbangan akan dibuat
atas dasar sejauh mana penelitian mengenai masalah yang bersangkutan itu akan
memberikan sumbangan kepada:
a. Pengembangan
teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya
b. Pemecahan
masalah-masalah praktis
Kelayakan suatu masalah untuk
diteliti itu sifatnya relatif, tergantung kepada konteksnya. Suatu masalah yang
layak untuk diteliti dalam suatu konteks tertentu, mungkin kurang layak kalau
ditempatkan dalam konteks yang lain. Tidak ada kriteria untuk ini dan keputusan
akan tergantung kepada ketajaman calon peneliti utuk melakukan evaluasi secara
kritis, menyeluruh, dn menjangkau ke depan.
2. Pertimbangan
dari arah calon peneliti (dari segi subjektif)
Peru dipertimbangkan apakah masalah itu sesuai
dengan calon peneliti. Sesuai atau tidaknya suatu masalah untuk diteliti
terutam bergantung pada apakah masalah tesebut manageable (dapat dikendalikan)
atau tidak oleh calon peneliti. Managability
dilihat dari 5 segi yaitu:
a. Biaya
yang tersedia
b. Waktu
yang dapat digunakan
c. Alat-alat
dan perlengkapan yang tersedia
d. Bekal
kemampuan teoritis
e. Penguasaan
metode yang diperlukan
Hal yang penting dijadikan pegangan
dalam memilih masalah penelitian ini adalah bahwa keputusan dan penentuan
terakhir adalah terletak pada peneliti itu sendiri.
Dalam memilih permasalahan
penelitian akan lebih mudah bagi para peneliti jika mereka secara organisatoris
memperhatikan langkah-langkah penting sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi
cakupan luas (general area) dari
permasalahan, misalnya bidang teknologi terapan, bimbingan karier, psikologi,
sosiologi, manajemen, ekonomi, dan sebagainya. General area ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mencari akar
permasalahan maupun sebagai latar belakang yang relevan terhadap masalah yang
hendak diteliti
b. Mempersempit
permasalahan sehingga menjadi permasalahan yang dapat diteliti (researchable problems). Langkah
mempersempit permasalahan perlu karena beberapa alasan yaitu:
1. Tidak
semua permasalahan dapat diteliti
2. Permasalahan
yang terlalu luas dan sulit diukur
3. Permasalah
yang terlalu sempit bukan masalah penelitian tetapi hanyalah problem solving yang dapat dipecahkan
secara langsung
Sebelum memilih masalah, terlebih
dahulu peneliti harus menentukan topik penelitian. Setelah topik ditentukan
selanjutnya peneliti harus memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik
tersebut. Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah yang
dipilih layak dan relevan untuk diteliti menurut Notoatmodjo (2002), meliputi :
1. Masalah
masih baru. “Baru” dalam hal ini adalah masalah
tersebut belum pernah diungkap atau diteliti oleh orang lain dan topik masih
hangat di masyarakat, sehingga agar tidak sia-sia usaha yang dilakukan, sebelum
menentukan masalah, peneliti harus banyak membaca dari jurnal-jurnal penelitian
maupun media elektronik tentang penelitian terkini.
2. Aktual.
Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di
masyarakat. Sebagai contoh, ketika seorang dosen keperawatan akan meneliti
tentang masalah gangguan konsep diri pada pasien yang telah mengalami
hemodialise berulang, maka sebelumnya peneliti tersebut harus melakukan survey
dan memang menemukan masalah tersebut, meskipun tidak pada semua pasien.
3. Praktis.
Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil
penelitian harus bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan
atau penghamburan sumber daya tanpa manfaat praktis yang bermakna.
4. Memadai.
Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi
juga tidak terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan memberikan hasil yang
kurang jelas dan menghamburkan sumber daya, sebaliknya masalah penelitian yang
terlalu sempit akan memberikan hasil yang kurang berbobot.
5. Sesuai
dengan kemampuan peneliti. Seseorang yang akan melakukan penelitian harus
mempunyai kemampuan penelitian dan kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika
tidak, hasil penelitiannya kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah
(akademis) maupun praktis
6. Sesuai
dengan kebijaksanaan pemerintah. Masalah-masalah yang bertentangan dengan
kebijaksanaan pemerintah, undang-undang ataupun adat istiadat sebaiknya tidak
diteliti, karena akan banyak menemukan hambatan dalam pelaksanaan penelitiannya
nanti.
7. Ada
yang mendukung. Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal sudah
dipertimbangkan darimana asal biaya tersebut akan diperoleh. Tidak jarang
masalah-masalah penelitian yang menarik akan mendapatkan sponsor dari
instansi-instansi pendukung, baik pemerintah maupun swasta.
Berdasarkan beberapa pertimbangan
tersebut, sebelum melakukan pemilihan masalah penelitian, maka peneliti harus
menjawab beberapa pertanyaan berikut agar masalah yang diteliti layak dan
relevan (Notoatmodjo, 2002):
1. Apakah
masalah yang akan diteliti merupakan masalah yang sedang hangat di dalam
masyarakat saat ini?
2. Apakah
masalah tersebut benar-benar aada di dalam masyarakat?
3. Sejauh
mana masalah tersebut dirasakan? Apakah penduduk atau masyarakat merasakan masalah
tersebut?
4. Apakah
masalah tersebut mempengaruhi kelompom tertentu, misalnya ibu hamil, bayi, atau
anak balita?
5. Apakah
masalah tersebut berhubungan dengan masalah sosial, kesehatan ataau ekonomi
yang luas?
6. Apakah
masalah tersebut berhubungan dengaan kativitas program yang sedang berjalan?
7. Siapa
lagi yang tertarik atau terlibat dalam masalah tersebut?
Dengan beberapa pertimbangan dan
pertanyaan tersebut, diharapkan akan dapat dirumuskan masalah penelitian yang
layak dan relevan, sehingga masalah penelitian memberikan manfaat, baik secara
teoritis maupun aplikatif.
Menurut Siswoyo (1987), ada beberapa
kriteria yang dapat digunakan dalam proses pemilihan masalah yaitu:
a. Memberi
kontribusi pada pengetahuan
Secara ideal masalah setelah diteliti dapat memberikan
sumbangan pada pengetahuan dalam bidang yang diteliti. Peneliti harus dapat
menunjukkan manfaat dari penelitian yang dilakukan, mungkin dapat memperbaiki
penemuan-penemuan yang sudah ada sehingga dapat memperoleh pengetahuan yang
lebih dapat diandalkan.
b. Menimbulkan
masalah baru
Hasil penelitian yang baik biasanya merangsang untuk
bertanya lebih lanjut. Banyak penelitian yang pada akhirnya menghasilkan saran
masalah yang perlu ditindaklanjuti dengan penelitian selanjutnya. Dengan
demikian masalah yang dipilih harus merupakan masalah yang dapat menimbulkan
masalah yang baru yang perlu diteliti lebih lanjut.
c. Harus
dapat diteliti secara ilmiah
Agar dapat diteliti masalah harus berkaitan dengan
hubungan antar variabel yang dapat dapat didefinisikan dan diukur. Banyak
pertanyaan dalam pendidikan yang penting tetapi tidak dapat diteliti. Pertanyaan-pertanyaan
filosofis dan etis tidak dapat diuji secara empiris.
d. Harus
cocok bagi peneliti
Masalah yang dipilih harus cocok dengan pemahaman
peneliti yang akan melaksanakannya. Barangkali ada masalah yang cukup baik
dipandang dari segi impliksinya namun kurang cocok bagi peneliti, baik dari
segi latar belakang ilmunya, minat, dan kemampuannya sehingga penelitian
tersebut tidak mungkin dapat dilaksanakannya dengan baik. Oleh karena itu
sangat disarankan untuk tidak memilih masalah yang tidak cocok untuk diteliti.
Beberapa
kriteria yang digunakan dalam memilih masalah penelitian berdasarkan buku
“Metodologi Penelitian” karya Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. adalah:
1. Masalah
harus jelas dan tidak meragukan
Masalah yang kabur akan membawa
kerancuan dan sekaligus memberikan dampak negatif pada hasil penelitian.
2. Masalah
hendaklah berarti, baik bagi diri pribadi, institusi, masyarakat, ataupun perkembangan
ilmu pengetahuan.
Pemilihan masalah hendaklah selalu
mengacu pada nilai guna, dukungan, dan sumbangan yang diberikan hasil
penelitian terhadap individu, keluarga, masyarakat, dan ilmu pengetahuan. Ini
tidak berarti sesuatu yang sudah ada tidak perlu diteliti lagi.
3. Masalah
yang diteliti hendaklah berada dalam batas kemampuan dan jangkauan peneliti
Dari segi disiplin ilmu, masalah
itu hendaklah dalam cakupan disiplin ilmu peneliti sehingga yang bersangkutan mangakomodir
masalah itu secara tuntas dan jelas sehingga memberikan deskripsi yang tepat
terhadap masalah yang dipecahkan. Kekurangmampuan peneliti dalam memecahkan
suatu masalah karena berada di luar bidang keahliannya atau terlalu luas akan
mengakibatkan analisis yang salah, urang bermakna, dan seadanya.
4. Masalah
tersebut menarik minat peneliti
Masalah yang dipilih hendaklah
masalah yang menarik bagi seseorang sehingga dapat memotivasi yang bersangkutan
melakukan sesuatu dengan baik, bersikap serius, serta mampu memfokuskan perhatiannya
pada masalah tersebut. Pemusatan perhatian dan minat akan sangat membantu
peneliti dalam menyusun proposal, melaksanakan dan menganalisis hasil
penelitian dengan baik.
5. Dalam
penelitian kuantitatif masalah hendaklah menyatakan hubungan dua variabel atau
lebih, sedangkan dalam penelitian kualitatif hendaklah menyatakan keterpautan
suatu objek dalam konteksnya.
6. Masalah
hendaklah mempertimbangkan faktor biaya yang digunakan
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
hasil penelitian yang akurat dan tepat guna. Makin luas ruang cakupan dan makin
kompleks tingkat kesulitan, makin besar biaya yang akan digunakan dan makin dan
makin sukar prosedur penelitian. Oleh karena itu, pilihlah masalah dan luas
cakup penelitian sesuai dengan biaya yang mungkin disediakan.
7. Data
dapat dikumpulkan dengan cepat, tepat, dan benar
Jangan memilih masalah yang datanya
tidak mungkin dikumpulan dengan benar. Sebaliknya jangan cepat percaya terhadap
data atau sumber data yang tersedia. Selalu adakan check dan recheck terhadap data dan sumber data
penelitian.
8. Masalah
hendaklah sesuatu yang aktual dan hangat pada waktu penelitian diadakan,
kecuali untuk penelitian historis atau mengkaji sesuatu yang pernah diteliti
9. Masalah
hendaklah sesuatu yang baru dan telah wajar untuk diteliti atau akan menemukan
bentuk baru dari sesuatu yang sudah ada
10. Pemilihan
masalah hendaklah mempertimbangkan waktu yang tersedia
Lama waktu yang digunakan juga
terkait dengan kemampuan peneliti, luas cakupan, biaya, dan tenaga pengumpul
data. Hendaknya jangan memilih masalah di luar jangkauan waktu yang tersedia.
11. Untuk
peneliti pemula sebaiknya lebih hati-hati dalam memilih masalah
Kalau belum mampu, tunda dulu
meneliti masalah sikap dan perilaku yang mewakili agama, moral, dan nilai-nilai
karena masalah ini bersifat personal dan lebih sukar dihayati.
Secara umum,
masalah dalam penelitian dapat dikategorikan dalam dua bentuk:
a. Masalah-masalah
yang bersifat pribadi (personal problems)
Masalah-masalah yang bersifat
pribadi (personal) menyangkut kehidupan pribadi seseorang atau yang bersifat
pribadi seperti ketaatan dan kepercayaan seseorang, kehidupan pribadi anggota
keluarga, hubungan yang bersifat pribadi, dan lain-lain.
b. Masalah-masalah
yang dapat diteliti (researchable
problems)
Masalah yang dapat diteliti merujuk
pada semua objek, peristiwa, atau kejadian kalau kepada kondisi itu dapat
digunakan pendekatan ilmiah dalam mengungkapkannya. Masalah ini bisa berkaitan
dengan individu maupun kelompok, keluarga dan masyarakat, peristiwa atau
kejadian, fenomena dan peristiwa alam, dan sebagainya.
Kalau dihubungkan dengan tujuan
penelitian, maka masalah dalam kategori kedua ini dapat dibedakan atas 4 macam:
1. Masalah
untuk memverifikasi atau memvalidasi teori
2. Masalah
untuk memperjelas pertentangan dari penemuan-penemuan sebelumnya
3. Masalah
untuk membetulkan kesalahan metodologi maupun analisis yang digunakan
4. Masalah
untuk menyelesaikan pertetangan pendapat
3.
Perumusan
Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian
merupakan titik tolak dari perumusan hipotesis dan dari rumusan masalah ini
dapat menghasilkan topik penelitian atau judul penelitian. Oleh karena itu
setelah mengidentifikasi dan memilih masalah, langkah berikutnya adalah
merumuskan masalah.
Perumusan
masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tertulis pertanyaan-pertanyaan
penelitian yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya. Perumusan
masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pemilihan masalah.
Dengan kata lain, perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci
mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas dasar
identifikasi masalah dan pemilihan masalah.
Perumusan
masalah itu penting karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah
selanjutnya. Perumusan masalah yang baik berarti telah manjawab setengah
pertanyaan (masalah). Masalah yang telah dirumuskan dengan baik bukan saja
membantu memusatkan pikiran, tetapi jua sekaligus mengarahkan cara berpikir
kita.
Tujuan
utama penelitian ilmiah adalah untuk mencari hubungan atau membedakan dua
variabel atau lebih secara konsepsional. Oleh karena itu, perumusan masalah
sebaiknya dikaitkan dengan tujuan tersebut.
Tidak ada
aturan umum mengenai cara merumuskan masalah, namun dapat disarankan hal-hal
berikut ini.
a.
Masalah
hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
b.
Rumusan
masalah hendaknya padat dan jelas
c.
Rumusan
masalah hendaklah memberikan petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.
Juga perlu dihindari rumusan masalah
yang terlalu umum, terlalu sempit, terlalu bersifat lokal maupun terlalu
argumentatif. Mengenai rumusan masalah, pada umumnya dilakukan dalam bentuk
pertanyaan yang dapat dibedakan menjadi rumusan secara deskriptif, komparatif
dan asosiatif.
1. Rumusan
Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan
masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri
baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi
dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada
sampel yang lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.
Contoh: Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional?
2. Rumusan
Masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian
yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda. Contoh: Adakah perbedaan disiplin kerja guru
antara sekolah di Kota dan di Desa? (satu variabel dua sampel)
3. Rumusan
Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah
penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal,
dan interaktif/reciprocal/timbal balik.
a. Hubungan
simetris yaitu suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan
munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausan atau interaktif. Contoh: Adakah
hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid
sekolah?
b. Hubungan
kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi ada variabel independen
(variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi). Contoh: Seberapa besar
pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA?
c. Hubungan
interaktif/resiprocal/timbal balik yaitu hubungan yang saling mempengaruhi. Di
sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contoh: Hubungan
antara motivasi
dan prestasi belajar anak SD
di Kecamatan Sami. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi
prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi
1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian diadakan
atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu diadakan
dan dapat dilakukan.
2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu
penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat
berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan.
3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan
harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan
harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data
mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan
masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan
data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
4. Para peneliti menjadi dipermudah dalam menentukan
siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.
Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam merumuskan suatu permasalahan
1. Dalam merumuskan masalah hendaknya diketahui kedudukan
penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian lain. Apakah permasalahan yang
diangkat benar-benar baru dan belum pernah ada sebelumnya, atau permasalahan
yang diangkat merupakan tindak lanjut, pengembangan, atau pengulangan
penelitian yang telah ada sebelumnya. Perlu diketahui juga masalah mana yang
sudah dijawab dalam topik penelitian sebelumnya, mana yang belum dijawab.
2. Dari masalah atau pertanyaan yang belum terjawab itu
dipilih pertanyaan yang dapat menjadi topik penelitian.
3. Masalah yang dirumuskan harus spesifik, jelas, singkat,
dan padat yang dirumuskan dalam kalimat tanya. Masalah dirumuskan dalam bentuk
kalimat tanya agar dalam melakukan penelitian, semua terarah untuk menjawab
pertanyaan dalam perumusan masalah dan penelitian tersebut fokusnya untuk
pemecahan masalah.
Semua perumusan
masalah harus dapat mencerminkan tujuan penelitian tersebut dilaksanakan.
Perumusan masalah tidak boleh terlalu luas dan menyebar. Jika mungkin, dibuat
sub-masalah yang lebih spesifik agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah.
Muhammad Ali mengemukakan bahwa
langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka merumuskan masalah adalah; 1) mengenali
keberadaan masalah, 2) menganalisis variabel, 3) mendefinisikan variabel dan 4)
membuat rumusan masalah.
4.
Latar
Belakang Masalah
Dalam latar belakang masalah, kita
harus menjelaskan alasan kita memilih masalah penelitian tersebut sesuai dengan
apa yang sudah kita ketahui tentangnya serta situasi yang melandasinya atau
yang melatarbelakanginya.
Dalam menjelaskan latar belakang
masalah, dapat digunakan 3 landasan berpijak yaitu:
1. Landasan
filosofis
Landasan filosofis mengacu kepada kebijakan pemerintah
yang sedang berlaku dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Landasan
idealis
Dalam landasan idealis perlu dijelaskan
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dan kenyataan-kenyataan apa yang diharapkan
atau hasil apa yang seharusnya diperoleh.
3. Landasan
realistis
Dalam landasan realistis dijelaskan
kenyataan-kenyataan yang ditemukan sebagai realita yang ada yang belum tentu
sesuai dengan yang diharapkan.
Pada dasarnya, latar belakang
masalah memuat rasional dan pembenaran mengapa masalah atau pertanyaan yang
diajukan perlu diteliti atau dijawab. Peneliti berupaya mengungkap pengetahuan,
imajinasi, dan keterampilannya berkomunikasi untuk membangun rasional bahwa
memang layak menghabiskan waktu, dana, dan upaya untuk melakukan penelitian
ini.
Penelitian dilakukan untuk menjawab
permasalahan. Dengan demikian maka latar belakang masalah merupakan penentu
apakah suatu penelitian layak dikerjakan atau tidak. Pada latar belakang
masalah ditunjukkan adanya masalah yang akan diteliti. Latar belakang ini harus
ditampilkan secara kuat, maka kita harus mengemukakan data dan fakta sebagai
alasan, dengan mengurangi argumentasi pribadi sedikit mungkin.
Pada latar belakang ini peneliti
harus dapat menjelaskan bahwa keinginan untuk meneliti masalah tersebut timbul
karena peneliti melihat adanya kesenjangan atau jurang perbedaan antara hal
yang seharusnya atau idealnya dengan kenyataan yang ditemui di lapangan. Pada
latar belakang ini harus diketahui dengan jelas bahwa masalah yang diajukan
betul-betul dirasakan perlunya. Agar pada latar belakang ini dapat diajukan
argumentasi yang kuat serta didukung oleh fakta dan data, maka peneliti perlu
melakukan studi pendahuluan ataupun studi pustaka.
Latar belakang masalah merupakan
uraian hal-hal yang menyebabkan perlunya dilakukan penelitian terhadap sesuatu
masalah atau problematika yang muncul dapat ditulis dalam bentuk uraian
paparan,atau poin-poinnya saja. Pada bagian ini dikemukakan :
1. Pentingnya
masalah masalah yang akan dibahas.
2. Telaah
pustaka yang telah ada tentang teknologi yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas.
3. Manfaat
praktis hasil bahasan.
4. Perumusan
masalah pokok yang dibahas secara eksplisit. Biasakan perumusan masalah dalam
bentuk pertanyaan .
Latar belakang
penelitian merupakan sebab-sebab
(alasan) mengapa suatu masalah atau hal itu menarik untuk diteliti.
Alasan tersebut dapat diperinci menjadi alasan
objektif dan alasan subjektif.
Alasan objektif merupakan alasan yang langsung menyangkut topik penelitian
dengan objek yang akan diteliti. Secara objektif, alasan penelitian dilakukan
dapat dikategorikan menjadi beberapa hal yaitu:
1. Arti penting atau peranan topik pembicaraan/penelitian
Maksudnya, topik pembicaraan/penelitian yang diangkat
akan memberikan manfaat dan peranan yang penting dalam hubungannya dengan ilmu
pengetahuan dan kehidupan sehingga hal tersebut harus diteliti.
2. Perlunya pengembangan/peningkatan di bidang topik
penelitian
Ini merupakan lanjutan dari penelitian/hasil/teknologi
yang telah ada terdahulu. Dengan pengembangan penelitian yang dilakukan akan
menghasilkan kemanfaatan yang lebih besar bagi ilmu pengetahuan, ditemukannya
metode/teknologi baru yang lebih efektif, dan lain-lain yang merupakan hasil
tindak lanjut dari yang sudah ada sebelumnya.
3. Perlunya saran/masukan sebagai bahan pembinaan/
peningkatan/ pengembangan di bidang topik penelitian.
Ini merupakan penelitian yang akan dilakukan untuk
menguji ulang atau mendapatkan hasil yang baru sesuai dengan topik penelitian
yang sama. Sehingga hasil yang diperoleh nantinya akan berguna sebagai bahan
pertimbangan untuk peningkatan/pengembangan hasil penelitian tersebut.
4. Perlunya penelitian dilakukan untuk alasan kemanfaatan
praktis (terapan, keterampilan, pengetahuan, dll) atau alasan kemanfaatan
keilmuan (pengembangan teori, dll).
Latar belakang
secara objektif kebanyakan merupakan alasan yang diperoleh karena masalah yang
akan menjadi topik penelitian sudah ada sebelumnya, atau sudah diangkat
sebelumnya. Sehingga dalam latar belakang penelitian, perlu diberikan tinjauan pustaka, data-data kuantitatif maupun kualtatif
serta acuan berbagai masalah yang berkaitan dengan objek atau topik penelitian
anda. Secara garis besar, dalam latar belakang diberikan informasi baik dari
acuan pustaka maupun hasil observasi awal yang telah dilakukan terhadap topik
penelitian itu.
Sedangkan secara
subjektif, sebab mengapa penelitian dilaksanakan adalah karena keterkaitan
antara peneliti dengan objek penelitian. Alasan subjektif menyangkut diri
subjek/peneliti sendiri, misalnya karena adanya hubungan atau pengalaman
tertentu antara subjek terhadap objek penelitian.
Sumber :
https://www.slideshare.net/tri_ramdani/pengertian-metode-dan-metodologi-penelitian
https://id.scribd.com/doc/98367524/Makalah-Langkah-Langkah-Penelitian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar